"Blended Learning", Ketika Belajar Bahasa Tak Cukup dengan Tatap Muka

blogger templates

"Blended Learning", ketika Belajar Bahasa Tak Cukup dengan Tatap Muka


Ilustrasi: Para siswa juga tidak hanya akan belajar bahasa Inggris, namun diarahkan membuka interaksi dan mengikuti aktivitas sosial untuk memungkinkan mereka menerapkan ilmu yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. | www.shutterstock.com
JAKARTA, KOMPAS.com - Seiring perkembangan teknologi informasi, pembelajaran bahasa Inggris tak lagi hanya menerapkan sistem tatap muka. Sistem blended learning menjadi jawaban mempelajari bahasa Inggris sesuai kebutuhan saat ini.

"Ini (blended learning) pendekatan yang simpel untuk mengintegrasikan cara pembelajaran tradisonal tatap muka dan jarak jauh dengan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang digunakan oleh guru dan siswa. Pembelajaran pun lebih komunikatif," kata Jenny Lee, Chief Operating Officer PT Direct Language Solution (DLS), di Jakarta, Kamis (12/12/2013).

Jenny mengatakan, saat ini pihaknya tengah memfasilitasi kebutuhan tersebut. Seluas 300 meter persegi, Direct English menerapkan pembelajaran berbasis Blended Learning, yang mengombinasikan pembelajaran tatap muka, kelas jauh, internet, serta sumber-sumber yang bersifat offline dan online.

Dengan cara tersebut, lanjut Lee, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Para siswa juga tidak hanya akan belajar bahasa Inggris, namun diarahkan membuka interaksi dan mengikuti aktivitas sosial untuk memungkinkan mereka menerapkan ilmu yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari.

"Di sini siswa sendiri menentukan kapan 'kelulusan' program yang diikutinya. Kami ajarkan mereka kedewasaan yang bertanggung jawab. Mereka dituntut punya komitmen, namun tetap kami pantau," ujar Jenny, yang juga selaku COO PT Impact Teaching Center (ITC), didampingi Matthew Brown, New Business Manager untuk Linguaphone Group.

Dia menambahkan, pihaknya menargetkan usia muda dan dewasa menjadi siswa pelatihan bahasa Inggris di bawah naungan Linguaphone Group ini. Usia dewasa yang dimaksud di sini adalah mereka yang berusia lanjut atau mereka yang tergabung dalam suatu komunitas.

"Sekarang ini trennya berbeda. Para kakek dan nenek juga ingin mengimbangi kemampuan berbahasa Inggris para cucunya. Sekarang itu belajar bahasa Inggris mulai diperkenalkan di usia pre school, bahkan sejak usia bayi. Nah, kakek-nenek zaman sekarang juga tidak mau kalah," ujarnya.
Editor : Latief

0 Response to ""Blended Learning", Ketika Belajar Bahasa Tak Cukup dengan Tatap Muka"

Posting Komentar