08/29/2013 (All day)
Padang,
Sumbar-- Kegiatan belajar mengajar tahun ajaran 2013-2014 di Kota
Padang, Sumatera Barat, baru berjalan aktif selama tiga minggu. Dalam
tiga minggu tersebut belum banyak yang bisa dilihat dalam implementasi
Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah sasaran. Namun beberapa kesulitan
sudah ditemui di lapangan, salah satunya distribusi buku yang belum
mencukupi kebutuhan siswa di sekolah.
Ada 40 sekolah yang menjadi sasaran implementasi
Kurikulum 2013 di Padang. Sekolah tersebut terdiri dari 23 SD, 6 SMP, 8
SMA, dan 3 SMK. Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Kota Padang, Darmaisutri, mengatakan pemilihan sekolah-sekolah sasaran
tersebut telah diputuskan dari pusat (kementerian) karena mereka
memiliki akreditasi A. Begitu pula dengan pelatihan guru-gurunya,
mengikuti agenda dan undangan dari pusat.
Namun pada praktiknya, kenyataan di lapangan tidak
semulus apa yang sudah direncanakan. "Namanya kurikulum baru, tentu
banyak kesulitan. Misalnya buku," ujar Darmaisutri saat ditemui di
kantor Dinas Pendidikan Kota Padang, pada Selasa sore, (27/8). Ia
memperkirakan, baru sekitar 25-persen buku Kurikulum 2013 yang telah
didistribusikan ke sekolah-sekolah sasaran di Kota Padang. "Misalnya
jumlah satu sekolah ada 100 murid. Mereka baru nerima 25 atau 30 buku,"
katanya.
Hal tersebut diakui Kepala Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan Sumatera Barat, Jamaris Jamna. Jamaris mengatakan,
distribusi buku Kurikulum 2013 saat ini memang belum sesuai kebutuhan.
"Ada sekolah yang berlebihan, ada yang malah kekurangan (buku),"
jelasnya di kantor LPMP Sumbar, pada Rabu pagi, (28/8). Jamaris
menuturkan, belum tepatnya distribusi buku tersebut karena buku-buku
Kurikulum 2013 didistribusikan langsung oleh percetakan ke
sekolah-sekolah sasaran, dan tidak melalui LPMP atau dinas pendidikan
yang lebih mengetahui data sekolah. Menurutnya, ketentuan distribusi
tersebut menjadi salah satu kesepakatan dalam klausul antara percetakan
dengan Kemdikbud.
Namun kekurangan buku di sekolah tidak menyurutkan
semangat guru-guru dalam mengajar kurikulum baru. Mereka memiliki
strategi untuk mengatasinya. Darmaisutri menjelaskan, kekurangan buku
tersebut disiasati dengan mengatur rombongan belajar (rombel). "Kalau
ada buku 30, rombelnya 3, masing-masing satu kelas itu 10 (buku). 10 itu
kan (siswa) bisa duduk berkelompok," jelasnya. Ia menambahkan, konsep
Kurikulum 2013 yang tematik integratif juga membuat guru tidak harus
terpaku dengan buku. "Yang penting guru mengerti materi," katanya.
Untuk membantu guru-guru yang menghadapi kesulitan
dalam implementasi Kurikulum 2013, Dinas Pendidikan Kota Padang selalu
memberikan pendampingan. Pendampingan yang diberikan berupa penunjukan
pengawas pendamping untuk sekolah sasaran, pertemuan dengan guru dan
kepala sekolah, penjelasan RPP, serta mengajak guru untuk latihan
praktik mengajar di kelas.
Darmaisutri juga mengatakan, respon guru-guru di
Kota Padang terhadap konsep Kurikulum 2013 sangat positif. "Kurikulum
itu kan bagus semuanya. KTSP bagus, Kurikulum 2013 bagus juga karena
dilengkapi . Tapi tergantung pada guru menggunakan multimedia,"
tuturnya. Untuk di SD, jelasnya, kemampuan guru menggunakan teknologi
masih rendah dibandingkan guru SMP dan SMA/SMK. Padahal Kurikulum 2013
membutuhkan kreativitas guru dalam mengajar dengan berbagai media dan
metode. "Menuntut kreativitas secara maksimal. Kemauan seorang guru
untuk mengubah mindset cara mengajarnya," tutur Darmaisutri. Karena itu
ia berharap Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat bisa lebih terlibat
dalam implementasi Kurikulum 2013. "Karena di sana ada dana," ujarnya
yang berharap dana tersebut bisa digunakan untuk menyelenggarakan
pelatihan-pelatihan untuk guru, sehingga tidak hanya menunggu panggilan
pelatihan dari pusat (Kemdikbud). (DM)
0 Response to "Siasati Kurang Buku, Guru Kota Padang Atur Rombel dalam Implementasi Kurikulum 2013"
Posting Komentar